Betul sekali, nyeri perut memang dapat menjadi pertanda adanya gangguan yang mungkin berdampak fatal. Terlebih, nyeri perut sering mengawali proses berlangsungnya persalinan. Bila nyeri perut dialami pada trimester II, dikhawatirkan ini merupakan pertanda terjadinya persalinan prematur. Untungnya, hal itu tidak selalu terjadi.
Baca juga : kerja di Jerman
Bisa jadi, nyeri perut yang Mama rasakan hanyalah sekadar nyeri biasa. Soalnya, memasuki trimester II, kondisi rahim semakin membesar dan akan menekan pintu panggul, sehingga terjadilah aktivasi rasa nyeri oleh saraf-saraf yang timbul di bagian perut bawah. Tak hanya di sekitar wilayah perut, nyeri juga sering kali terasa di pinggang dan punggung, yang disebabkan oleh persiapan tubuh mengakomodasi persalinan. Kondisi ini membuat ligamen dan sambungan tulang panggul (sakroiliaka) menjadi semakin elastis, sehingga nantinya bisa dilewati oleh bayi saat persalinan.
Hanya saja, dengan semakin elastisnya ligamen di panggul, tubuh jadi mudah tidak stabil dan rentan terhadap cedera sehingga menimbulkan nyeri. Itulah mengapa, nyeri yang dialami mamil pada trimester II kerap berpindah-pindah, tidak hanya di wilayah perut, tapi juga pinggang dan punggung. Jadi, Ma, jangan keburu cemas dulu, ya, kalau merasakan nyeri perut di trimester II. Rasa nyeri ini normal-normal saja sebagai akibat adanya pembesaran rahim yang menekan ke wilayah panggul.
Tinggal sekarang, bagaimana cara mengenali bahwa nyeri tersebut adalah nyeri yang normal, bukan lantaran akan terjadi persalinan prematur. Tolong dicermati perbedaannya, ya. Jika terjadi nyeri perut yang dicurigai sebagai tanda awal persalinan prematur, Mama harus segera memeriksakan kehamilan ke dokter atau fasilitas kesehatan terdekat. Tak hanya di sekitar wilayah perut, nyeri juga sering kali terasa di pinggang dan punggung, yang disebabkan oleh persiapan tubuh untuk mengakomodasi persalinan.
Nyeri Perut Karena Pembesaran Rahim
Nyeri perut yang biasa/normal karena pembesaran rahim, umumnya lebih terasa di panggul atau perut bawah, dan akan membaik dengan perubahan posisi tidur. Biasanya timbulnya juga tidak terus-menerus dan tidak disertai keluarnya lendir bercampur darah ataupun air ketuban.
Sumber : https://ausbildung.co.id/